Pembuatan kopi di Aceh juga sangat khas, kopi diseduh dengan saringan dari kain yang bentuknya mirip kaus kaki, lalu menuangkan kopi itu berpindah-pindah dari satu ceret ke ceret yang lain. Hasilnya adalah kopi yang sangat pekat, harum, tetapi tidak mengandung bubuk kopi karena sudah tersaring di dalam �kaus kaki� tadi (source: travel.kompas.com). Berbeda dengan kopi hitam di banyak daerah lain yang masih menyisakan ampasnya. Buat yang tidak suka menyeruput kopi hitam, bisa coba juga Kopi Sanger, atau kopi susu. Dengan pembuatan yang sama dengan kopi hitam tapi di gelasnya ditambah dengan susu kental dan dikocok sampai berbuih. Aroma kopi kentalnya masih sangat terasa, membuat kopi sanger ini berbeda dengan kopi susu biasa.
Sambil ngobrol dan menyeruput kopi, tentunya sajian kudapan akan menjadi pelengkap suasana. Berbagai makanan ringan bisa kita coba, goreng pisang (dengan dibalut tepung panir), roti dengan selai serikaya, kueh dengan isi fla dan sebagainya. Boleh juga memesan martabak aceh yang dapat mengenyangkan.
Kopi Aceh memang ngangenin, apalagi jika diminum langsung di kedainya seperti di Chek Yuke ini. Yuke sendiri berasal dari kata UK, singkatan dari Ulee Kareng, daerah yang merupakan salah satu penghasil kopi di Banda Aceh. Menghabiskan waktu di kedai kopi ini memang tidak terasa, obrolan akan mengalir dan berpindah-pindah dengan beragam topik. Dan asiknya lagi, layaknya tempat minum kopi di kafe-kafe di Jakarta, disini juga merupakan Free Hot Spot Area sehingga kita bisa lihat banyak anak muda yang ngopi sambil menenteng laptop. Bedanya dengan kafe di Jakarta: harga lebih murah - kopi jauuhhh lebih nikmat.
Sekarang, saatnya membeli Bubuk Kopi Ulee Kareng untuk buah tangan. Saya langsung meluncur ke Kopi Solong - Ulee Kareng.